Tanoto Scholars Association (TSA) UNDIP bekerja sama dengan SDGs Center UNDIP menyelenggarakan gelar wicara BINTANG (Bincang Inspiratif tentang SDGs) dalam rangka pengarusutamaan SDGs dalam dunia kampus. BINTANG edisi kedua tayang pada saluran Youtube TSA UNDIP (Stunting Cycle: by Economic, for Economic | BINTANG #FEB | SDG 1: No Poverty & SDG 2: Zero Hunger – YouTube) pada 28 Februari 2023 dengan mengangkat tujuan SDGs 1, Tanpa Kemiskinan, dan SDGs 2, Tanpa Kelaparan. Tayangan BINTANG bulan Februari ini mengangkat tema perbincangan “Stunting Cycle: by Economics, for Economics”, bersama Dr. Diana Nur Afifah, S.T.P., M.Si., Kaprodi S1 Ilmu Gizi  Fakultas Kedokteran, sebagai narasumber, dan dipandu oleh Agita Wilujeng Sasanti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pada BINTANG Februari ini membahas tentang stunting  di Indonesia. Dalam penjelasan Dr. Diana Nur Afifah, stunting, menurut WHO, berarti kondisi pendek yang terjadi pada anak, yang kurang dari angka normal. Tidak bertambahnya tinggi  anak akibat buruknya asupan nutrisi anak ini juga dibarengi dengan terhambatnya perkembangan kecerdasan dan motorik anak. Maka, stunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sejalan dengan pertambahan usianya. Penyebab stunting utamanya akibat kekurangan gizi dalam waktu lama, yang biasanya terkait dengan kemiskinan, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, kondisi kesehatan dan perawatan yang buruk pada awal kehidupan anak (bayi baru lahir).

Stunting dapat dipantau saat anak berusia balita, atau bahkan batita. Dr. Diana Nur Afifah menerangkan bahwa usia balita adalah usia yang tepat untuk memantau (early screening) terjadi stunting atau tidak. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak ini penting, agar segera diketahui apakah terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan seiring pertambahan usia anak. Setiap kelahiran anak perlu dipantau tumbuh-kembangnya sesuai standar tumbuh-kembang anak yang ditetapkan WHO.

Prevalensi kasus stunting di Indonesia masih 21,6% pada 2022, dengan target penurunan stunting dari pemerintah pada angka 14%. Oleh karenanya, perlu upaya keras dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mengupayakan penurunan kasus stunting pada anak-anak Indonesia. Stunting  dapat mengakibatkan dampak-dampak buruk pada anak seperti tidak optimalnya kecerdasan anak karena perkembangan kognitif anak juga terlambat, serta perkembangan motorik yang terganggu.

Menurut Dr. Diana Nur Afifah, stunting pada anak yang mengakibatkan tubuh pendek tidak terjadi tiba-tiba, tetapi dikarenakan kurangnya nutrisi yang harus dikonsumsi oleh anak dalam waktu lama. Menurutnya pula, intervensi penanganan stunting ini tidak hanya pada anak yang terindikasi stunting, tetapi juga meliputi ibu hamil dan menyusui dan remaja putri yang harus dipersiapkan sebelum menikah dan hamil, agar dapat stunting ini dapat diantisipasi. Ditambahkan pula olehnya, tingkat ekonomi juga mempengaruhi kemampuan masyarakat mencukupi kebutuhan gizinya. Sebaliknya, kasus stunting yang terjadi di suatu negara bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara itu karena sumber daya manusia negara itu tidak mencapai kualitas optimum untuk melakukan negara.

Penanganan stunting juga perlu kerja sama banyak pihak untuk membantu pemerintah. Upaya-upaya pemerintah dalam  menurunkan stunting di Indonesia meliputi:

  1. memperhatikan kesehatan remaja putri, melalui edukasi pola makan sehat dan pemberian suplemen mineral yang diperlukan tubuh;
  2. mengedukasi calon pengantin tentang kesehatan secara keseluruhan (reproduksi, anak dan kehamilan, dan keluarga) yang diselenggarakan oleh pemerintah;
  3. pembagian BLT dari pemerintah yang bisa dimanfaatkan oleh perempuan untuk menjalankan usaha kecil dan peningkatan gizi keluarga;
  4. mengadakan program makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita;
  5. pemanfaatkan dana desa yang dialokasikan untuk pembangunan desa yang bersih dan sehat.

Masyarakat juga bisa mengusahakan penanganan stunting dengan membentuk kelompok masyarakat pegiat kebun rumah tangga untuk bisa menanam tanaman pangan atau perikanan dan peternakan skala kecil yang bisa diusahakan per rumah tangga. Dengan demikian, kebutuhan protein dan nutrisi makanan bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga dapat berkontribusi pada penurunan angka stunting  melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan penyelenggaraan edukasi tentang stunting untuk para ibu,  pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, pembangunan sarana jalan dan kebersihan di pedesaan melalui kegiatan KKN, dan kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan kontribusi akademisi.