Dalam rangka pengarusutamaan SDGs dalam dunia kampus, Tanoto Scholars Association (TSA) UNDIP bekerja sama dengan SDGs Center UNDIP menyelenggarakan gelar wicara BINTANG (Bincang Inspiratif tentang SDGs). BINTANG akan diselenggarakan sekali setiap bulannya sepanjang tahun 2023 untuk membahas 17 tujuan SDGs.
BINTANG pertama tayang pada saluran Youtube TSA UNDIP pada 30 Januari 2023 dengan mengangkat tujuan SDGs 4, Pendidikan Berkualitas. Tayangan BINTANG perdana ini mengangkat tema perbincangan “FOMO: Expectation, Emotion, and Education”, bersama Prof. Dian Ratna Sawitri, S.Psi., M.Si., Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi, sebagai narasumber, dan dipandu oleh Muhammad Robith Al Anam.
FOMO (Fear Of Missing Out) merupakan suatu kondisi psikologis yang tidak nyaman pada individu karena cemas mengenai pengalaman yang lebih menyenangkan dialami orang lain yang tidak dialami oleh si individu itu. FOMO ini bisa dialami oleh siapapun, termasuk mahasiswa, terlebih saat dunia digital dan media sosial semakin marak penggunaannya, FOMO ini banyak dirasakan oleh banyak individu. Kecenderungan merasa insecure dan melakukan KEPO (Knowing Every Particular Object) merupakan akibat dari munculnya kecemasan FOMO ini. Individu yang mengalami FOMO merasa cemas tertinggal informasi yang dirasa penting olehnya, dan akan terdorong untuk terus mencari tahu tentang atau bertanya pada orang lain tentang hal yang membuatnya cemas.
FOMO di era informasi digital ini memunculkan banyak istilah, selain KEPO, berkaitan dengan kondisi psikologis terkait perilaku menggunakan internet, seperti Trait FOMO, State FOMO, Stalking, Cyber Loafing, Internet Addiction, Phubbing, Finetune, Foreclose Identity dan Nomophobia. FOMO tak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan gangguan perilaku, tapi juga bisa menjadi motivasi untuk mengembangkan diri dengan mencari tahu apa yang membuat diri bahagia dan nyaman.
Menurut Prof Dian Ratna Sawitri, FOMO bisa menjadi awal bagi mahasiswa untuk memunculkan rasa ingin tahu dan keinginan mengeksplorasi jati diri. FOMO yang muncul pada fase awal membuat mahasiswa ingin merasakan berbagai pengalaman yang beragam. Ketika mahasiswa mengalami FOMO, mahasiswa bisa mengarahkan rasa cemas FOMO nya itu untuk lebih mengenali diri sendiri dan mencari identitas diri. Keinginan untuk bisa mengalami banyak hal yang dirasa menarik itu perlu diikuti dengan kemampuan menilai atau mengevaluasi diri sendiri, atau bisa juga dengan mendapat feedback dari orang-orang sekitar. Dengan adanya evaluasi diri atau feedback terhadap pengalaman yang dirasakan mahasiswa, maka mahasiswa bisa memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya, seperti keputusan meneruskan atau menghentikan pengalamannya, juga keputusan meningkatkan kualitas atau kemampuan diri atas pilihan pengalaman yang diambil.
FOMO yang berkaitan dengan ekspektasi, emosi dan edukasi mahasiswa bisa menjadi sesuatu yang baik atau buruk bagi mahasiswa jika FOMO dilakukan tanpa ada tujuan. Kecemasan FOMO untuk mencari tahu dan mengikuti apa yang dilakukan orang lain, apa pencapaian orang lain, atau bagaimana orang lain melakukan sesuatu bisa menjadi fine-tune diri mahasiswa bahwa si mahasiswa itu tidak ketinggalan dengan kemajuan dunia yang sedang terjadi. FOMO juga bisa menjadi motivasi dan tolok ukur bagi mahasiswa untuk menemukan identitas dirinya dan membentuk versi terbaik dirinya. Sehingga secara tidak langsung, FOMO dengan tujuan menemukan identitas diri dan membentuk kualitas diri mahasiswa menjadi salah satu upaya pencapaian SDGs 4 Pendidikan Berkualitas. Hal yang jangan sampai terjadi adalah ketika FOMO hanya menjadi kecemasan untuk mencari tahu atau mencoba pengalaman orang lain pada diri sendiri, tanpa ada tujuan diri untuk mengukur sejauh mana kemampuan diri kita atau tujuan untuk menemukan cita-cita hidup kita.
Tayangan lengkap ada di tautan Youtube berikut,