Talkshow ProAlma-SDGs Center Undip Keempat kembali digelar pada hari Jumat, 23 Oktober 2020 dengan tema “Pendidikan Berkualitas dan Sanitasi dan Air Bersih” dengan mendatangkan nara sumber: Rukuh Setiadi, Ph.D (Koordinator bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah SDGs Center Undip) dan Bulan Prabawani, Ph.D (Koordinator bidang Sosial SDGs Centre Undip).

Pendidikan berkualitas atau di SDGs disebut Education for Sustainable Development (ESD), dijelaskan oleh Bulan Prabawani, Ph.D.,  dipicu oleh keprihatinan negara-negara yang khawatir dengan kerusakan lingkungan dan munculnya berbagai kasus seperti penyakit langka akibat mutasi genetik, perubahan iklim, polusi, d.l.l. ESD membentuk individu agar menggunakan logikanya untuk berpikir kritis tentang apapun yang manusia lakukan atau pilih akan membawa dampak posiitif atau negatif pada lingkungan alam dan sosial di sekitarnya. Secara garis besar, Education for Sustainable Development hampir mirip dengan Pendidikan Ramah Lingkungan. Hanya saja, pendidikan ramah lingkungan kurang memberi penekanan pada sifat ESD yang inklusif dan bersifat jangka panjang. Edukasi yang sustainable atau berkelanjutan adalah pendidikan untuk siapapun, mudah diakses, inklusif (tanpa diskriminasi) dan long life (seumur hidup), dan masuk ke SDG 4. Pendidikan ESD bersifat jangka panjang maksudnya pendidikan yang tidak berhenti di tingkat pendidikan dasar atau menengah saja, namun hingga pendidikan tinggi dan pendidikan pasca tahap pendidikan formal yang menjadikan kelestarian lingkungan sebagai warna dasar pendidikan yang disampaikan ke siswa.

Rukuh Setiadi, Ph.D. menjelaskan sanitasi sebagai bagian dari elemen infrastruktur sarana dan prasarana pembuangan (buang air kecil dan buang air besar). Sanitasi masuk SDG 6 yang menjamin akses air bersih dan sanitasi untuk semua. Kata “semua” menjadi kunci dalam pencapaian SDG. “Semua” ini bermaksud siapapun tanpa diskriminasi terhadap siapapun untuk pencapaian SDG. Semua orang harus terlayani air bersih yang sehat dan sanitasi yang memadai. Air bersih ini mudah diakses oleh siapapun dan di manapun. 

Dijelaskan oleh Rukuh Setiadi, Ph.D bahwa target akses air bersih di Indonesia harus 100%, namun capaian tahun 2019 baru 89%; kemudian untuk  sanitasi juga harus 100%, namun  baru tercapai 77% pada tahun 2019. Faktor yang mempengaruhi belum tercapainya target penyediaan air bersih dan sanitasi adalah masyarakat Indonesia kurang mengapresiaisi ketersediaan air karena tidak pernah merasa kesulitan mendapatkan air. Padahal  ketersediaan air itu terbatas dan tidak merata untuk seluruh permukaan bumi, ada yang wilayahnya melimpah airnya ada yang wilayahnya susah air. Pembangunan fisik dan industrialisasi yang tidak terkendali juga berdampak pada terpolusinya/kotornya sungai atau danau sebagai sumber air. Sebelum adanya SDGs, sudah ada MDGs yang harus tercapai tahun 2015 dengan kunci “100 – 0 – 100”, yaitu 100% air bersih, 0% kumuh, 100% sanitasi adalah target MDGs Indonesia pada tahun 2015 yang lalu, sayangnya meleset. Maka, target tersebut harus diteruskan pada SDGs tahun 2030 ini.

Penerapan ESD di Indonesia masih belum terterapkan dengan baik, karena para guru di Indonesia masih belum begitu memahami seperti apa ESD itu. Belum adanya pendampingan yang baik tentang ESD atau pendidikan ramah lingkungan untuk sekolah-sekolah dan guru-guru juga berpengaruh. Sekolah-sekolah yang sudah bisa menjalankan konsep pendidikan ramah lingkungan ini adalah sekolah dengan konsep pendidikan adiwiyata di bawah dinas KLHK.

Pendidikan ramah lingkungan masih terbatas pada lingkungan alam, belum menyentuh sisi lingkungan sosial masyarakat. Selain itu, pendidikan ramah lingkungan juga baru berorientasi pada keuntungan diri sendiri, belum keuntungan yang lebih luas lagi. Sedangkan ESD itu meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial. Prinsip ESD adalah pendidikan yang tidak sekedar memberikan sebanyak-banyaknya, atau mencapai ranking setinggi-tingginya atau nilai sebagus-bagusnya, namun lebih ke pendidikan yang memberi dampak keuntungan yang positif pada lingkungan sosial dan alam di mana manusia itu hidup (konsep People-Planet-Profit). ESD ini mengajarkan pentingnya kepedulian pada lingkungan sosial seperti penghargaan pada manusia sesuai kewajiban dan hak, menjaga martabat manusia, dan tidak merugikan siapapun. 

Kebijakan air bersih dan sanitasi di Indonesia seharusnya untuk membangun sarana sanitasi yang memang diperlukan oleh masyarakat, seperti pembangunan sanitasi MCK umum atau sanitasi yang paling banyak dibutuhkan oleh daerah pedesaan. Selain itu juga perlu ada penyuluhan penyadaran masyarakat tentang pentingnya sarana sanitasi untuk kesehatan masyarakat itu sendiri. Jadi nantinya ada usulan ke pemerintah akan kebutuhan pembangunan sarana sanitasi yang dibutuhkan masyarakat, bukan sarana sanitasi yang dibangun tapi tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Tak kalah penting juga yaitu penyediaan sarana sanitasi di area-area publik, seperti taman, pasar, perkantoran pemerintah, terminal, dan sekolah. Komunitas masyarakat pun juga bisa mengupayakan penyediaan sarana sanitasi ini secara swadaya seperti arisan jamban. Pada intinya program pemerintah untuk pembangunan sarana sanitasi itu harus tepat sasaran dan tepat penggunaan.

Kebijakan ESD (ramah lingkungan) di Indonesia melalui DLHK sudah sangat bagus. Penghargaan yang DLHK beri kepada sekolah-sekolah adiwiyata bisa mendorong keterlibatan aktif sekolah-sekolah dalam usaha-usaha pelestarian lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan. Yang perlu ditingkatkan dari ESD ini adalah, pendidikan ramah lingkungan sebaiknya juga bisa membentuk pola pikir siswa secara lebih kritis untuk berpikir tentang bagaimana alam semesta ini harus diperlakukan dengan bijak agar tidak cepat rusak, sehingga tidak  membawa dampak buruk bagi kehidupan di dunia ini, khususnya mengenai air bersih.

Kaitan ESD dengan Sanitasi dan Air Bersih yaitu elemen penting yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa tentang seperti apa sanitasi yang baik dan air bersih yang layak digunakan. Secara tidak langsung, pendidikan yang berkualitas akan membuat siswa benar-benar paham akan pentingnya sanitasi dan air bersih yang harus bisa didapatkan demi kualitas kesehatan yang baik. Pendidikan yang berkualitas akan membuat siswa lebih paham pentingnya sanitasi dan ketersediaan air bersih yang penting demi kesehatan masyarakat. Selain itu, investasi pemahaman masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan air bersih yang paling efektif adalah melalui pendididkan untuk menanamkan pemahaman yang benar pada anak-anak. Selanjutnya, anak-anak bisa meneruskan informasi tentang sanitasi dan air bersih yang telah mereka pahami ke orang tua mereka.

ESD yang menjadi salah satu elemen SDGs kini menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan di seluruh institusi, termasuk Undip. Oleh karenanya, Rektor melalui Wakil Rektor IV bidang Riset dan Inovasi telah menginstruksikan fakultas-fakultas untuk memasukkan unsur SDGs dalam kurikulum tiap fakultas, dan menugaskan SDGs untuk merancang sebuah konsep pengajaran dan program pengabdian masyarakat terkait Sustainable Development Goals. Undip berkomitmen penuh dengan keberlanjutan (sustainability) lingkungan melalui berbagai cara. Seperti adanya waduk yang bisa berfungsi untuk menangkap air hujan sebelum mengalir ke daerah yang lebih rendah, penyediaan system pengolahan limbah mandiri, dan perancangan master plan pembangunan Undip yang lebih hijau dan pro kelestarian lingkungan.