ProAlma dan SDGs Center Undip kembali menggelar talkshow ketiga pada tanggal 16 October 2020 pukul 16.00 – 17.00 dengan tema Kesetaraan Gender dan Pertumbuhan Ekonomi. Talkshow ini mengundang dua naras umber ahli di kedua bidang tersebut, yaitu Dr. Amirudin (Ketua SDGs Center UNDIP) dan Dr Wahyu Widodo (Koordinator Bidang Ekonomi SDGs Center UNDIP). Talkshow masih dipandu oleh penyiar ProAlma Fariz Maghriza.

Talkshow diawali dengan pertanyaan dari pemandu tentang apa itu kesetaraan gender dan pertumbuhan ekonomi. Dr. Amirudin menerangkan kesetaraan gender sebagai gerakan menghindari perlaku diskrimasi dan kekerasan terhadap perempuan, mengingat posisi perempuan begitu penting dalam pembangunan. Menurutnya, laki-laki dan perempuan hanya berbeda secara genetik biologis, namun keduanya berkedudukan sama dalam banyak hal. Yang terjadi dalam masyarakat kita adalah, tatanan sosial budaya membentuk adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang cenderung tidak setara, memposisikan perempuan lebih rendah sehingga ada ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Berkembangnya zaman muncullah emansipasi wanita yang menuntut adanya perubahan dalam tatanan sosial budaya yang lebih menyetarakan dan menyeimbangkan posisi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Secara sederhana, dikatakan oleh Dr. Wahyu Widodo, pertumbuhan ekonomi adalah aktivitas produksi sebuah wilayah mencakup berbagai setor (supply) yang diikuti dengan aktivitas konsumsi (demand) dan distribusi (perdagangan/trade). Sisi produksi memang lebih mudah untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi, yaitu angka produksi yang bisa dihitung pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi sangat penting karena akan menjadi tolok ukur kinerja pemerintah suatu wilayah atas pembangunan yang dilakukan. Pertumbuhan eknomi juga bisa menjadi indikasi kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.

Pertanyaan berikutnya yang diajukan adalah menjadi gol ke berapakah dalam SDGs Kesetaraan Gender dan Pertumbuhan Ekonomi itu. Dr. Amirudin menjawab bahwa kesetaraan gender masuk di SDGs 5. Sebagai salah satu pilar pembangunan sosial, target kesetaraan gender yang harus dicapai pada tahun 2030 yaitu harus mengakhiri segala bentuk diskrimasi pada perempuan, menghentikan praktek yang membahayakan perempuan (pernikahan dini, kekerasan seksual), menjamin partisipasi penuh perempuan dalam bidang politik (pemerintah, parlemen), memberi layanan kesehatan yang optimal pada wanita (kesehatan reproduksi, kesehatan dan keselamatan ibu dan anak), memperluas pengunaan dan akses teknologi informasi bagi perempuan. Dr. Wahyu Widodo menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi masuk SDGs 8, dengan capaian mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas dan menyediakan lapangan pekerjaan yang layak. Pertumbuhan ekonomi yang inklusif berarti melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk berperan dalam pertumbuhan ekonomi, maka tidak ada yang tertinggal dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumuhan ekonomi berkualitas baik diikuti dengan penurunan kemiskinan dan penuruanan pengangguran, penurunan ketimpangan antar pendapatan dan regional, serta tersedianya pekerjaan yang layak. 

Selanjutnya, pemandu acara menanyakan apa kaitan antara kesetaraan gender dan pertumbuhan ekonomi. Dijelaskan oleh Dr. Amirudin bahwa kesetaraan gender memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan, yang berarti setiap perempuan berhak untuk berdaya membangun dirinya sendiri. Kesetaraan gender relevan dengan pertumbuhan ekonomi, karena perempuan yang berpendapatan dapat menopang kehidupan, baik kehidupannya sendiri maupun keluarga, akan meningkatkan kegiatan konsumsinya yang juga akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Dr. Wahyu Widodo menambahkan pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara merupakan outcome atau hasil atas kegiatan produksi-konsumsi. Kesetaraan gender menjadi oendorong yang baik dari perspektif peran perempuan dalam kegiatan ekonomi (produksi-konsumsi). Pemberian akses kegiatan yang sama luasnya seperti laki-laki akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Bagi investor, pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sangat penting untuk menarik kepercayaan mereka untuk berinvestasi pada suatu negara, sebab pertumbuhan ekonomi mencerminkan bergeraknya sektor-sektor ekonomi suatu negara. Kedua naras umber sepakat bahwa kesetaraan gender ini terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, karena posisi dan peran yang setara antara laki-laki dan perempuan mendukung jalannya kegiatan ekonomi yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. 

Menjawab pertanyaan terakhir dari pemandu acara tentang apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan kesetaraan gender, terkait juga dengan pertumbuhan ekonomi. Dr. Amirudin menjelaskan bahwa kebijakan yang dibentuk pemerintah dan parlemen harus mencerminkan prinsip anti diskriminasi gender dan anti kekerasan pada perempuan. Kebijakan ini diwujudkan dalam langkah nyata seperti proporsi peran perempuan dalam pemerintahan dan parlemen. Begitu pula dengan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam universitas juga diwujudkan dengan komposisi dan proporsi perempuan sebagai dosen, staf pendidikan dan mahasiswa. Sebagai contoh, adakah dan berapakah jumlah mahasiswa perempuan yang juga sebagai anak pertama, karena hal ini menunjukkan seberapa banyak anak pertama perempuan yang bisa mengakses pendidikan tinggi. Contoh lain yaitu proporsi perempuan ynag menduduki jabatan-jabatan di universitas seperti dekan, kepala bagian d.l.l. Sisi lain yang dinilai sebagai capaian kesetaraan gender yaitu berapa banyak publikasi ilmiah yang mengangkat isu kesetaraan gender. Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, kebijkan mengenai keterlibatan perempuan dalam sektor tenaga kerja seperti apa. Secara statistik, jumlah perempuan dalam sektor formal (di tempat-tempat bekerja yang teregistrasi) masih rendah karena ada sektor-sektor yang masih tertutup aksesnya untuk perempuan. Selain itu, secara kultur sosiologis, perempuan Indonesia memiliki pandangan yang enggan memasuki sector-sektor formal itu. Inilah yang mempengaruhi rendahnya angka perempuan sebagai tenaga kerja sector formal. Dr. Amirudin menambahkan, bahwa untuk meningkatkan peran perempuan dalam berbagai sector, bisa dengan pendekatan indeksasi capaian kesetaran gender yang akan memacu pengambilan langkah dan kebijakan oleh semua pihak yang lebih memperhatikan isu kesetaraan gender. Selain itu, dengan pendekatan struktural dan kultural, pemerintah bisa mengawasi tingkat pemerintahan di daerah sejauh mana regulasi dan kebijakan sudah mencerminkan kesetaraan gender. 

Kedua nara sumber menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif mencakup indeks pembangunan dan kesetraaan gender. Kebijakan anti diskriminasi dan anti kekerasan harus ada untuk melindungi perempuan agar taraf hidup layak perempuan dan masyarakat secara umum juga bisa ditingkatkan.