Gambar 1. Pendampingan keluarga oleh mahasiswa UNDIP
Kelurahan Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan, Semarang (10/08/2022)
Mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) melakukan “Pendampingan Keluarga Dengan Anak Stunting” sebagai bentuk pengabdian masyarakat melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Tlogomulyo. Kegiatan tersebut dilakukan beberapa kali dalam rangka mengetahui akar masalah dan intervensi yang sesuai.
Stunting telah menjadi prioritas nasional karena 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting. Di kota Semarang sampai bulan juni 2022 terdapat 1.489 balita mengalami stunting dan 3 di antaranya terdapat di RW 2, Kel. Tlogomulyo. Hal ini menjadi perhatian utama mahasiswa KKN Undip dengan harapan dapat membantu memperbaiki kondisi balita stunting terutama di RW tersebut sebagai bagian wilayah kerja mahasiswa.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Terdapat 2 penyebab utama stunting yaitu kurang asupan nutrisi dan anak yang mengalami infeksi berulang. Anak dengan stunting memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibanding anak seusianya. Selain itu, stunting juga mengakibatkan anak mudah kelelahan, kurang aktif, mudah terserang penyakit, berat badan kurang, dan yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak. Di usia tua nanti anak yang mengalami stunting lebih beresiko mengalami penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung dan penyakit lainnya. Oleh karena itu stunting harus segera diselesaikan demi generasi emas dan masa depan Indonesia yang cerah.
Program pendampingan keluarga stunting dilakukan oleh mahasiswa UNDIP dari bidang kesehatan baik jurusan kedokteran dan keperawatan. Pendampingan dilakukan sebanyak 3 kali dengan mengunjungi secara langsung pada 3 keluarga dengan total 3 anak stunting dan 3 terindikasi pertumbuhan yang terhambat. Dalam tiap pendampingan mahasiswa KKN dibimbing juga oleh kader kesehatan setempat sehingga masyarakat lebih dapat menerima mahasiswa. Pendampingan pertama (22/07) diawali dengan edukasi mengenai cara asuhan yang baik dan mengidentifikasi beberapa masalah yang mungkin ditemukan. Pemeriksaan antropometri seperti tinggi/panjang badan, berat badan dan lainnya turut dilakukan.
Gambar 2. Pemeriksaan Antopometri pada anak
Pada pendampingan kedua (25/07) mahasiswa melakukan intervensi sesuai masalah seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT), edukasi kebutuhan dasar dan nutrisi anak sesuai usia, serta memberikan beberapa informasi mengenai menu makanan bergizi.
Pendampingan ketiga (30/07) mahasiswa melakukan evaluasi sikap dan pengetahuan keluarga serta pemeriksaan antropometri kembali. Dari ketiga pendampingan didapatkan peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dari ibu terkait pengasuhan anak. Evaluasi akan terus dilakukan harapannya pola asuh anak terus diperbaiki sehingga kondisi anak terus membaik seiring pertumbuhannya.
Gambar 3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Diharapkan berbagai kegiatan serupa dapat terus dilakukan terutama untuk mecegah terjadinya stunting. Beberapa hal yang perlu diketahui ibu dalam merawat anak seperti pada anak balita diutamakan pemberian protein hewani dan bukan sayuran. Sumber protein terkesan selalu mahal seperti daging sapi, padahal sumber lain dengan harga yang lebih terjangkau memiliki kandungan protein yang juga tinggi contohnya ikan gabus, ikan lele, ikan gembung, dan banyak lainnya. Pemberian sayur pada balita sifatnya masih diperkenalkan dan jangan diberikan sayur bening saja karena anak membutuhkan protein dan lemak untuk pertumbuhannya. Air Susu Ibu (ASI) harus diberikan secara ekslusif selama 6 bulan, kemudian ASI dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun ditambah Makanan Pendamping ASI. MPASI tidak boleh bersumber dari satu jenis makanan saja seperti pisang yang dihaluskan. MPASI harus mengandung sumber protein, lemak dan karbohidrat serta mikronutrien lain sehingga MPASI wajib berupa campuran beberapa bahan makanan atau MPASI instan yang telah terfortifikasi sesuai kebutuhan anak.