Indonesia memiliki masalah gizi yang parah, ditandai dengan tingginya angka gizi buruk pada anak-anak, bayi dan anak laki-laki dan perempuan usia sekolah. Masalah gizi anak usia sekolah dapat menyebabkan ketidakhadiran dan putus sekolah. Malnutrisi merupakan dampak pada nutrisi yang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Selain mengganggu tumbuh kembang anak rentan terhadap penyakit, stunting juga menghipnotis perkembangan otak yang menciptakan tingkat kecerdasan anak yang maksimal. Ini berisiko mengurangi produktivitas di masa dewasa. Stunting & hal gizi lainnya diperkirakan berkontribusi terhadap hilangnya 2-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.

Oleh karena itu, Stunting merupakan keadaan dimana seorang bayi memiliki tinggi badan yang kurang atau kurang untuk usianya (Kemenkes RI, 2018). (Markowitz dan Cosminsky, 2014), stunting didefinisikan sebagai tinggi badan yang dua atau lebih standar di bawah standar pertumbuhan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk seorang anak. Bayi kecil (kerdil) dapat dideteksi dengan mengukur tinggi atau tinggi bayi dan menunjukkan hasil di bawah rata-rata dibandingkan dengan normal. Standar yang digunakan adalah World Health Organization-Multicentre Referenced Growth Survey (WHO-MGRS) 2005, dimana nilai z-score -2 SD (standar deviasi) termasuk dalam kategori pendek, dan z-score -2 SD (standar penyimpangan) termasuk dalam kategori pendek.3 SD (Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat RI, 2016).

Sosialisasi yang dilakukan oleh Tim KKN Kelurahan Beji adalah berfokus pada menghimbau warga agar keluarga yang memiliki anak dengan masa tumbuh yang aktif agar memiliki gizi yang cukup dengan memakan makanan yang mengandung banyak nutrisi. Pada Kelurahan Beji, Posyandu dilakukan secara rutin dan terlihat tidak ada anak dengan masa tumbuh yang terganggu atau stunting.

Penulis : safina yusni amelia
Dosen Pembimbing Lapangan : Ir. R.T.D. Wisnu Broto, M.T.
Lokasi : Kelurahan Beji, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.