Pada Sabtu 5 Juni 2021, diselenggarakan peluncuran bank sampah yang di lingkungan Universitas Diponegoro dan webinar bertema lingkungan “Kontribusi Bank Sampah dalam Mendukung Implementasi SDGs”. Acara peluncuran dan webinar diadakan secara daring melaui zoom meeting dengan mengundang pimpinan Universitas Diponegoro dan para pemerhati lingkungan. Pemerhati lingkungan yang diundang baik sebagai pelaku bank sampah maupun aktivis NGO bidang lingkungan. Peluncuran Bank Sampah Dipo Waste Bank diresmikan oleh Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum.

Pendirian bank sampah di lingkungan kampus Undip didasari dengan pemikiran perlunya solusi pengolahan sampah anorganik yang dihasilkan oleh warga Undip selama beraktivitas di area kampus dengan memberi tambahan nilai pada pengolahan sampah. Aktivitas akademik yang dilakukan di kampus pasti meninggalkan sampah yang beragam jenisnya dalam jumlah yang cukup banyak. Pengolahan sampah yang telah berjalan di kampus Undip selama ini yaitu melalui TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dengan mengolah sampah organik sebagai bahan kompos dan sampah anorganik yang dijual. Pengolahan sampah anorganik belum bisa memberi nilai tambahan bagi seluruh warga Undip dan terkadang sampai harus menumpuk di TPST. Maka, perlu adanya suatu kegiatan yang bisa menarik partisipasi warga Undip dalam pengolahan sampah anorganik.
Sampah anorganik yang terkumpul dan terpilah akan menjadi bahan baku pembuatan barang-barang hasil daur ulang sampah, maka bisa ditukar dengan sejumlah uang. Kegiatan pengumpulan sampah anorganik yang kemudian ditukar dengan uang dikelola dengan adanya Bank Sampah. Bank Sampah akan menyimpan dan mencatat jumlah sampah yang ditukarkan uang, dan pada periode tertentu uang tersebut bisa ditarik oleh nasabah yang menabung sampah di Bank Sampah.

Dalalm webinar ini ketiga pembicara berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam pengolahan dan pengelolaan sampah, terutama sampah anorganik. Ketiga narasumber yaitu Asroel Hussein (Direktur Green Indonesia Foundation), Drs. Sapto Adi Sugihartono, MM (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang), Dr. Sri Sumiyati, ST., M.Si (Dosen Teknik Lingkungan Undip). Paparan dan diskusi dengan ketiga pembicara dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT. Asroel Hussein memaparkan tentang peran strategis bank sampah dan koperasi sampah. Drs. Sapto Adi S, MM menjelaskan pengelolaan dan pengolahan sampah di Kota Semarang, terutama praktek bank sampah. Dr. Sri Sumiyati, M.Si berbagi pengalamannya tentang pengelolaan Bank Sampah di tingkat wilayah RT hingga Kelurahan.
Asroel Hussein menyatakan ucapan selamat atas peluncuran Dipo Waste Bank sebagai Bank Sampah Universitas Diponegoro. Asroel menekankan pada prinsip pengurangan sampah bukanlah pelarangan penggunaan produk-produk tertentu seperti plastik atau stirofoam. Beliau menyatakan bahwa sampah itu keniscayaan yang akan terus bertambah ketika terjadi kemajuan peradaban. Jika diilihat dari volume sampah yang dihasilkan, pihak yang mendominasi pembuangan sampah adalah industry bahan baku, industry produk berkemasan, penjual ritel, dan usaha lainnya. Sampah dari rumah tangga jauh persentasinya sebagai penyumbang sampah secara keseluruhan. Maka, untuk mengurangi volume sampah yang dibuang secara efektif seharusnya dikenakan kebijakan yang lebih banyak mengatur pengolahan sampah dan limbah mereka. Jika untuk cakupan sampah rumah tangga, maka penyelenggaran kegiatan Bank Sampah di tiap-tiap wilayah cukup efektif untuk mengurangi timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir.
Narasumber kedua, Drs. Sapto Adi Sugihartono, MM , selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, memaparkan speerti apa pengolahan dan pengelolaan sampah di Kota Semarang. Sapto Adi menyatakan bahwa Pemkot Semarang mengeluarkan kebijakan pembatasan penggunaan barang-barang dari plastic dan stirofoam sebagai pembungkus makanan kepada toko dan restoran yang menjalankan usaha makanan dan sandang. Terkait bank sampah, Pemerintah Kota Semarang juga mendukung pembentukan dan penyelenggaraan bank sampah di tiap-tiap wilayah melalui instruksi. Selain itu Pemerintah juga mengajak partisipasi warga untuk membuat barang-barang daur ulang sampah. Untuk pengolahan sampah organic, Pemerintah Kota Semarang memfasilitasi warga dengan perangkat pembuatan kompos yang berasal dari timbunan sampah organic yang berasal dari sampah dapur. Menurut Sapto Adi, Pemerintah mendorong penuh pengelolaan sapah yang diusahakan oleh komunitas-komunitas masyarakat, karena masalah sampah ini perlu sinergi pemerintah dan warga. Adanya bank sampah yang diusahakan warga secara bertahap bisa mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dr. Sri Sumiyati, ST., M.Si membagi pengalaman praktek baiknya dalam merintis dan mengelola bank sampah. Dr. Sri Sumiyati telah memulai pendirian bank sampah di wilayah Gedawang, Banyumanik, Kota Semarang pada tahun 2015. Bank sampah yang dirintisnya berjalan selama satu tahun dengan nasabah sejumlah warga di lingkungan RT sekitar rumahnya. Sampah yang ditampung oleh bank sampah merupakan sampah anorganik seperti plastic, karet, kertas, logam, dsb. Kegiatan bank sampah ini tidak melulu ramai dengan kuantitas sampah terkumpul yang selalu tinggi, hal ini disebabkan kesadaran warga yang mau ikut berpartisipasi dalam bank sampah belum tinggi. Bahkan kegiatan Bank Sampah ini sempat vakum selama tahun 2017, hingga pada tahun 2018 sampai sekarang, bank sampah yang diberi nama Sempulur Asri Gedawang masih terus beraktivitas. Aktivitas bank sampah ini juga terus berkembang menjadi sanggar kegiatan warga setempat untuk mengkreasikan sampah anorganik menjadi sebuah barang baru hasil daur ulang. Dr. Sri Sumiyati mengintisarikan motivasi penyelenggaraan bank sampah seyogyanya didasarkan pada empat hal yang urutannya tidak boleh ditukar-tukar, yaitu: niat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan wujud pelestarian alam, kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup di mana ia tinggal, kesadaran sosial warga masyarakat untuk bersma-sama menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan, dan motivasi finansial untuk menambah nilai pada sampah yang dibuang.
Webinar dan peluncuran Dipo Waste Bank ini juga menyampaikan pesan Prinsip 3R (Reduce Reuse Recycle) menjadi dasar pengelolaan sampah. 3R ini amat penting dilakukan, mengingat kuantitas sampah di dunia yang makin lama makin menggunung. Pengolahan sampah yang belum dilakukan dengan baik ikut mengakibatkan menggunungnya sampah. Langkah yang paling mudah sebagai upaya menggunungnya sampah adalah mengurangi sampah yang dibuang seperti mengurangi penggunaan pembungkus yang tidak digunakan lagi dan tidak menggunakan barang-barang sekali pakai. Langkah ini desebut prinsip Reduce. Sejatinya, beberapa jenis sampah masiih bisa diolah kembali menjadi sesuatu lain yang masih bermanfaat, atau dikenal dengan cara daur ulang. Selain itu, perilaku manusia yang begitu gampangnya membuang sampah juga mengakibatkan cepat bertambahnya volume sampah.
Perubahan perilaku manusia untuk memakai atau menggunakan kembali barang lama yang masih layak pakai (reuse) daripada membuangnya menjadi sampah harus menjadi gaya hidup masa kini. Maka, sudah waktunya manusia mempertimbangkan kembali perilakunya yang mudah membuang barang-barang yang dianggap tak berguna padahal kondisi barang masih bisa dipakai. Proses recycle, atau daur ulang, bisa diusahakan lebih untuk mendapatkan nilai ekonomis, yaitu nilai tukar sampah dengan sejumlah uang. Recycle juga bisa meningkat menjadi upcycling atau mengolah sampah anorganik menjadi suatu barang yang layak dijual yang bisa dilakukan melalui bank sampah.
