Sebanyak 20 peneliti dari berbagai institusi di kawasan Asia-Pasifik mengikuti ekspedisi laut dalam selama 23 hari di perairan Samudera Hindia sejak 7 Oktober 2025. Para peneliti ini berasal dari National University of Singapore, Nanyang Technological University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Diponegoro, Kasetsart University Thailand, Vietnam National University dan Social Empowerment Education Program Fiji. Ekspedisi ini merupakan kerja sama antara National University of Singapore (NUS) dan OceanX, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat, dengan menggunakan kapal riset OceanXplorer.

Gambar 1. Dosen Departemen Biologi FSM UNDIP, Dr. Ni Kadek Dita Cahyani, bergabung dengan Tim Peneliti Kapal Riset OceanXplorer dalam Kegiatan 24-day Deep-sea Biodiversity Expedition ke bagian timur Samudera Hindia
Kegiatan ini terkait dengan United Nations Biodiversity Beyond National Jurisdiction (BBNJ) Agreement, perjanjian global mengenai konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati laut di luar yurisdiksi nasional. Perjanjian ini diharapkan dapat membuka peluang pembentukan kawasan lindung laut di laut lepas.
Ekspedisi dilakukan di dua gunung api bawah laut (seamount) yang terletak di antara Christmas Island dan Cocos Keeling Island. Kedua seamount ini berada di wilayah perairan internasional yang selama ini belum banyak dieksplorasi. Laut dalam diketahui memiliki keanekaragaman hayati dan potensi sumber daya yang masih belum banyak diteliti. Selama ekspedisi, tim peneliti melakukan berbagai riset, termasuk pemetaan lokasi sampling, penelitian oceanografi, serta pendataan biodiversitas makro dan mikro. Mereka menggunakan beragam peralatan canggih seperti ROV (Remotely Operated Vehicle), Plankton Net, Baited Free Landers, Box Core, dan CTD (Conductivity Temperature Depth) untuk mengumpulkan data biodiversitas di kedua lokasi serta pengukuran salinitas, suhu, kandungan oksigen, dan kelimpahan fitoplankton. Berbagai organisme laut dalam berhasil ditemukan, antara lain spons, kepiting, amphipoda, timun laut, crinoid, bintang laut, bulu babi, koral, foraminifera, dan beberapa jenis ikan. Namun, tim juga menemukan sampah manusia seperti plastik dan karton di dasar laut pada kedalaman lebih dari 2.000 meter.

Gambar 2 dan 3. Dr. Dita dari Departemen Biologi, FSM UNDIP meneliti keanekaragaman hayati laut
Salah satu peneliti UNDIP yang terlibat adalah Dr. Ni Kadek Dita Cahyani dari Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, UNDIP. Ia meneliti keanekaragaman hayati laut dalam menggunakan teknologi Environmental DNA (eDNA), bekerja sama dengan Dr. Danwei Huang dan Zhi Ting Yip dari NUS. Dr. Dita menyatakan bahwa teknologi eDNA memungkinkan kita mendeteksi DNA organisme yang dilepaskan ke lingkungan seperti air atau sedimen, kemudian mengidentifikasinya secara molekuler dengan database yang ada. Pengambilan sampel eDNA dilakukan di kedalaman bervariasi, mulai dari 1.200 meter di puncak seamount hingga 5.000 meter di lembah antar gunung bawah laut, menggunakan pompa Pufferfish buatan The Aquatic Labs yang dipasang pada ROV. Sampel sedimen juga diambil menggunakan Sediment Corer dan Box Core.

Ekspedisi berakhir pada 23 Oktober 2025 dan kapal riset OceanXplorer kembali ke Singapura keesokan harinya. Pada 24 Oktober, tim juga menggelar siaran langsung dari atas kapal yang dapat disaksikan melalui kanal YouTube OceanX. Setelah ekspedisi ini, para peneliti akan melanjutkan analisis data dan menyiapkan publikasi ilmiah bersama. Beberapa pertemuan dan lokakarya lanjutan juga direncanakan untuk membahas hasil penelitian. Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama internasional dalam riset laut dalam serta mendorong konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut di kawasan Asia-Pasifik. Langkah penelitian bersama ini selaras dengan upaya pencapaian SDGs terutama SDG 14 dan SDG 4.