Semarang, Jawa Tengah – Dosen Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik (RPM) Vokasi Universitas Diponegoro (UNDIP), Sri Utami Handayani, S.T., M.T., yang memiliki kepakaran di bidang Audit Energi, telah mengembangkan inovasi dalam proses termokimia gelombang mikro untuk produksi Functional Fine Powder Teh Hijau. Inovasi ini merupakan hasil riset bersama pakar teh hijau, Mohamad Endy Yulianto, Rizka Amalia, Sutrisno, dan Didik Ariwibowo, serta mitra industri teh hijau PPTK Gambung dan PT. Rumpun Sari Medini. Penelitian ini didanai oleh DRTPM dalam skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), dengan kajian bertajuk “Produksi Functional Fine Powder Teh Hijau melalui Proses Termokimia Gelombang Mikro dengan Menggunakan Agitated Cylindrical Rotary Inactivator.”
Dalam penjelasannya, Utami menyampaikan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan proses inaktivasi enzimatis guna meningkatkan kadar katekin teh hijau, sehingga khasiat teh hijau, yang memiliki potensi untuk mengatasi berbagai penyakit, menjadi lebih optimal. Salah satu tantangan utama di industri teh hijau saat ini adalah kualitas teh yang relatif rendah, serta tingginya kebutuhan energi listrik dan BBM dalam proses pelayuan, yang mencapai 0,48 Kwh/kg teh kering atau sekitar 50,1% dari total kebutuhan energi.
Utami, yang juga berperan sebagai auditor energi di beberapa industri besar, seperti PLTP, Fuel Terminal, Tambang Nikel, dan industri petrokimia PT. TPPI Tuban, menjelaskan bahwa pengembangan proses pelayuan melalui sistem high efficient agitated cylindrical rotary inactivator gelombang mikro sangat penting untuk meningkatkan produksi teh hijau berkualitas tinggi. Proses ini dapat mengurangi konsumsi energi dan menghasilkan teh hijau sebagai functional fine powder yang kaya akan katekin.
Namun, pengembangan teknologi ini masih menghadapi kendala dalam integrasi energi dari proses hulu ke hilir serta masalah degradasi termal produk yang disebabkan oleh panas konduksi ionik. Panas ini menembus membran tonoplas, menyebabkan sebagian kecil katekin dalam vakuola berubah menjadi senyawa theaflavin dan thearubigin.
Utami menjelaskan lebih lanjut bahwa proses pelayuan pucuk daun teh bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase yang berada dalam sitoplasma, sehingga menghasilkan produk teh hijau dengan kadar katekin tinggi. Pelayuan menggunakan proses termokimia gelombang mikro berbasis perpindahan panas konduksi ionik ini dapat mengaktifkan inaktivasi enzim-enzim tersebut. Selain itu, rotasi drum dalam proses ini juga mereduksi difusivitas oksigen ke dalam sitoplasma daun teh, yang pada gilirannya mengurangi oksidasi enzimatis senyawa katekin menjadi senyawa yang tidak diinginkan.
Inovasi ini berpotensi meningkatkan kualitas dan produktivitas teh hijau yang dihasilkan, dengan harga jual yang dapat mencapai Rp.13.750 per kilogram teh hijau. Functional fine powder teh hijau yang dihasilkan dari penelitian ini diklaim memiliki berbagai manfaat kesehatan, seperti aktivitas anti-kanker, perlindungan jantung, sifat antioksidan, anti-mikroba, serta kemampuan untuk mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas, dan penyakit degeneratif lainnya.
Diharapkan ke depannya, seluruh industri teh hijau di Indonesia dan dunia dapat mengadopsi teknologi yang telah terbukti ini, yang telah memperoleh sertifikasi paten dengan nomor: IDS000005673, IDS000004245, dan IDS000002697. Dengan penerapan teknologi ini, produktivitas dan kualitas teh hijau, khususnya kandungan katekin, akan meningkat dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesehatan masyarakat.
Utami dan tim berharap bahwa hasil riset ini dapat bermanfaat bagi industri teh hijau, industri farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh, serta masyarakat yang mengonsumsi teh hijau sebagai functional food yang semakin populer saat ini.

Sri Utami Handayani, S.T., M.T.
The post Dosen Vokasi UNDIP Teliti Teh Hijau Kelas Dunia Kaya Polifenol appeared first on Universitas Diponegoro.