Kelurahan Mangunsari, Semarang (18/07/2022) – Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis, mudah dipelihara dan dapat tumbuh dengan cepat. Potensi tersebut mendorong minat masyarakat untuk meningkatkan produksi melalui budidaya secara intensif. Oleh karena itu, beberapa dari warga Kelurahan Mangunsari memilih untuk membudidayakan ikan ini di rumah mereka. Namun ketika membudidaya ikan lele ini dapat menghasilkan limbah cair yaitu limbah dari air kolam lele itu sendiri. Limbah pada umumnya mengandung bermacam-macam unsur yaitu diantaranya, sisa-sisa bahan organik dan anorganik, logam berat, serta gas berbau busuk yang berdampak kurang baik terhadap lingkungan. Limbah organik apabila dikelola dengan baik dan tepat akan sangat menguntungkan antara lain menghasilkan pupuk organik yang bermutu tinggi. Hal tersebut bisa menjadi upaya untuk mendukung program SDG’s poin 12 tentang Konsumsi Produk yang Bertanggung Jawab. Tujuan SDG’s ini yaitu sebagai upaya mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap bumi melalui pola produksi dan konsumsi yang sewajarnya.

Whats-App-Image-2022-08-10-at-20-36-41
(Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah Air Kolam Lele)

Kandungan dari limbah air kolam budidaya lele dilihat dari kandungan bahan organik, terutama sekali kadar unsur nitrogen, phospor, sulfat, kalium, C-Organik, C/N rasio dan pH. Potensi yang akan dihasilkan dari limbah air kolam ikan lele yaitu sebuah inovasi mengolah dengan mengubah limbah menjadi pupuk organik cair yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pupuk tanaman. Prospek pengembangan industri pupuk organik sangatlah baik dan menguntungkan, karena akhir akhir ini pupuk organik cair sangat diminati oleh para petani. Sehingga hal ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik yang harganya semakin meningkat. Kadar hara yang terkandung di dalam pupuk organik cair dari limbah air kolam lele sistem intensif berkisar 0,06-0,62% (C-organik), 0,49-1,32% (Nitrogen), 0,06-0,35% (Phosfat), 0,22-4,97% (Kalium) dan pH 5,67-8,00.

Whats-App-Image-2022-08-10-at-20-42-10
(Gambar Produk dan Leaflet Berisi Penjelasan “POCALE”)

Berdasarkan fakta yang telah disebutkan di atas, maka terbuka peluang bagi mahasiswa KKN UNDIP dari jurusan Teknologi Hasil Perikanan untuk mengenalkan pemanfaatan air limbah kolam lele yang dibuat menjadi pupuk organik cair yang ramah lingkungan. Air limbah kolam lele diambil dari salah satu pembudidaya ikan lele di RT 03 RW 04 Kelurahan Mangunsari milik Pak Subur. Setelah mengambil air limbah kolam lele, mahasiswa memberikan pelatihan kepada Pak Subur tentang cara pembuatan pupuk organik cair dari limbah air kolam lele. Hal ini bertujuan untuk memberi pandangan kepada Pak Subur sebagai pembudidaya ikan lele agar bisa lebih bijak dalam memanfaatkan limbah budidaya ikan lele. Pupuk organik cair yang telah dibuat dilakukan fermentasi selama 2 minggu. Pupuk yang telah difermentasi selama 2 minggu selanjutnya dikemas dengan baik. Proses penyaluran POCALE (Pupuk Organik Cair Air Limbah Lele) ini dilakukan secara door to door kepada setiap perwakilan RT di RW 04 Kelurahan Mangunsari yang kemudian nantinya bisa diperkenalkan secara langsung kepada warganya.

Whats-App-Image-2022-08-11-at-03-22-13
(Proses Pembagian Produk “POCALE” kepada Setiap RT di RW 04)

Dari program kerja ini diharapkan para warga dapat mengetahui mengenai pemanfaatan limbah air kolam lele yang bisa diubah menjadi pupuk organik cair yang dapat membantu meningkatkan perekonomian. Bagi pembudidaya ikan lele itu sendiri, selain dapat memenen ikan lele, juga dapat memproduksi pupuk organik cair tersebut dapat dijual dan mendapatkan tambahan penghasilan. Kegiatan ini juga sebagai upaya peduli terhadap lingkungan.

Penulis : Bella Widya Ramadhanti/Teknologi Hasil Perikanan/Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lokasi : Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang
DPL : Dra. Retno Hestiningsih, M. Kes
KKN TIM II UNDIP Periode 2021/2022