Sejak tahun 2014, Kota Semarang tergabung dalam Global Resilient Cities Network (GRCN) di mana kota Semarang bersama kota-kota lain di dunia berupaya meningkatkan ketahanan kota di berbagai sektor. Keterlibatan Kota Semarang dalam Program Urban Ocean tidak terlepas dari keikutsertaan berbagai stakeholder meliputi unsur pemerintah (Bappeda Kota Semarang), Akademisi (Universitas Diponegoro), NGO (Yayasan BINTARI) dan berbagai perwakilan kelompok masyarakat (Kelompok Bank Sampah, Karang Taruna, dll) dalam jejaring GRCN ini khususnya untuk mendorong praktik-praktik Circular Economy.
Lebih lanjut, Urban Ocean adalah program yang bertujuan mewadahi para pemimpin kota untuk menyatukan ide-ide baru, mitra dan sumber daya untuk memecahkan masalah dan mengembangkan solusi komprehensif yang saling terkait dalam mendorong praktik Circular Economy khususnya melalui pengelolaan sampah (Urban Ocean | The Circulate Initiative). Universitas Diponegoro melalui Center for Urban and Regional Resilient Research (CURE – CURE – Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (undip.ac.id)) bekerja sama dengan Yayasan Bintari (https://bintari.org/) pada tahun 2021-2022 terlibat di dalam program ini sebagai upaya untuk memberikan solusi yang tangguh dan berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi polusi plastik di lautan tetapi juga menangani prioritas utama kota seperti meningkatkan kesehatan masyarakat, mendukung pembangunan ekonomi, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sounding Program dengan Mentor City dan Konsultasi dengan Tri-Sector Associate (TSA-team; https://trisector.org/ )
Circular Economy dan permasalahan pengelolaan sampah di perkotaan tentu akan mempengaruhi pencapaian SDGs Goals 11, Kota dan Komunitas yang Berkelajutan, Goals 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan Goals 13 Penanganan Perubahan Iklim di Indonesia. Hal ini melatarbelakangi perlunya komitmen bersama dalam penanganan pengelolaan sampah oleh seluruh stakeholders pentahelix yang terdiri dari masyarakat, akademisi, pemerintah, sektor swasta/bisnis, dan media. Komitmen ini ditunjukkan dengan keterlibatan Universitas Diponegoro (tim Center for Urban and Regional Resilient Research – CURE yang terdiri dari akademisi Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota dan Sekolah Vokasi Undip) dalam Program Urban Ocean melalui kerjasama multi-aktor di tingkat lokal (BAPPEDA dan DLH Kota Semarang), regional (BAPPEDA dan DLH Provinsi Jawa Tengah), nasional (Yayasan Bintari), dan internasional (GRCN Aspac, Tri-Sector Associate, dan Tim Ketahanan Kota Toyama – Jepang).

Presentasi di Accelerator Summit oleh Bappeda Kota Semarang
Dalam kegiatan ini Undip bekerjasama dengan Pemerintah Kota Semarang dan Yayasan Bintari juga terhubung dengan tim ketahanan Kota Toyama – Jepang sebagai mitra dan mentor dalam mengembangkan solusi-solusi praktis untuk pengembangan Circular Economy di Kota Semarang pada umumnya, dan secara khusus pada konteks pengelolaan sampah.
Secara garis besar, Opportunity Assessment yang disusun oleh Tim CURE Universitas Diponegoro bersama BAPPEDA Kota Semarang dan Yayasan Bintari dalam program ini dapat dikelompokkan ke dalam lima poin pembahasan yaitu; (1) pemberlakuan kebijakan plastik belanja, (2) pemilahan dan pelayanan pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga, (3) transportasi pengangkutan sampah dari sumber sampah ke TPA, (4) gap kebijakan dan implementasi pengelolaan sampah yang perlu diselesaikan, dan (5) pengetahuan tentang kebijakan Extended Producer Responsibility (EPR). Poin pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam perumusan kebijakan dan program pengelolaan persampahan Kota Semarang agar lebih sesuai dan tepat sasaran kedepannya.
Referensi: