Kembali digelar Proalma-SDG Center talkshow pada tanggal 9 April 2021 untuk  #deanseries dengan menghadirkan dua Dekan Wanita, Prof. Widowati (Dekan FSM) dan Prof. Tri Winarni Agustina (Dekan FPIK). Talkshow kali ini membicarakan tentang Mengakhiri Disparitas Pendidikan (G4) dan Pelestarian Ekosistem Laut (G14). Talkshow berlangsung selama 60 menit dengan dipandu oleh penyiar ProAlma 97.7 FM Rafi Fauzi.

Talkshow diawali dengan pertanyaan dari penyiar kepada Prof. Widowati mengenai cara pemerataan kesempatan dan kualitas pendidikan di masa pandemic covid-19 bagi seluruh anak-anak Indonesia. Prof. Widowati menerangkan bahwa pandemi covid 19 mempengaruhi banyak perubahan pada jalannya pendidikan, karena harus ada penjarakan fisik yang menyebabkan pembelajaran jarak jauh. Program pemerintah untuk peningkatan kualitas pendidikan direalisasikan dengan memberi akses pendidikan seluas-luasnya untuk seluruh warga negara tanpa diskriminasi. Cara-cara peningkatan kualitas pendidikan menurut beliau, khususnya pendidikan daring antara lain: 1. Peningkatan sarana-prasarana pembelajaran daring seperti penyediaan sarana teknologi informasi dan komunikasi yang memadai (laptop-sinyal internet-ponsel-kuota data internet); 2. Kerja sama pemerintah dengan penyedia platform pengayaan pendidikan daring seperti ruang guru-microsoft dll; 3. Penyediaan bantuan dana untuk kuota data internet; 4. Peningkatan kualitas tenaga penddidikan dan tenaga kependidikan yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi-komunikasi; 5. Kerja sama yang baik antara siswa-orang tua-dan tenaga pendidikan (pengajar).

Pertanyaan dari Rafi selanjutnya diarahkan pada Prof. Tri WInarni mengenai pencemaran laut. Dalam penjelasannya, Prof Tri Winarni menyebutkan bahwa laut tercemar karena berbagai aktivitas yang mengakibatkan timbulnya polusi-polusi dari berbagai macam zat. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan pencemaran (menghasilkan polutan) antara lain: limbah rumah tangga, limbah industri, dan limbah kapal-kapal yang beraktivitas baik kapal penangkap ikan maupun kapal pengangkut barang atau batu bara. Beliau menambahkan bahwa kebijakan pemerintah dalam penanggulan polusi, yaitu pengelolaan limbah dan sampah, harus sinergi antar sektor agar tidak sia-sia. Maksudnya adalah adanya kesinambungan pihak-pihak atau sektor-sektor yang menyumbang polusi laut secara bersama-sama dalam satu system terpadu (sinergi) menjalankan peran pengolahan limbah dan penanggulangan polusi laut. Prof. Tri juga menambahkan bahwa mikroplastik saat ini menjadi polutan utama laut. Mikroplastik adalah penyebab polusi dari plastik yang berukuran sangat kecil sehingga dianggap tidak langsung mengotori laut, namun meninggalkan jejak polusi yang amat mencemari laut. Mikroplastik merupakan penyebab terkini atas polusi water body dan merusak makhluk hidup/biota laut.

Selanjutnya Prof. Tri juga menyebutkan bahwa marine litter atau limbah/sampah laut menurut Peraturan Presiden No. 83 tahun 2018 meliputi kaleng, plastik, karet ban, kardus, kayu olahan. Selain itu masih ada eutrofikasi, yaitu polisi nutrisi nitrogen-fosfor yang berlebihan kandungannya di dalam laut yang bisa merusak ekosistem dan biota laut. Kemudian juga ada brownification atau bronifikasi sebagai penyebab polusi laut, yaitu perbahan warna air laut menjadi lebih gelap disebabkan karbon organik terlarut.

Masih menurut Prof. Tri, hasil penelitian-penelitian menunjukkan beberapa spesies binatang laut (hampir 1000 spesies) mendapat efek buruk polusi laut. Selain itu, terdapat 500 zona laut yang dinyatakan sebagai zona mati (tidak ada kehidupan di dalam laut) sebagai akibat polusi sampah laut.   Pengamatan para peneliti dari tahun 2004-2014 menunjukkan peningkatan kuantitas mikroplastik di dalam body water tiap tahunnya. Maka, pengurangan penggunaan plastik sangat mendesak untuk dilakukan, begitupun dengan langkah-langkah pengolahan plastik menjadi barang yang lebih bermanfaat daripada hanya dibuang setelah pakai.

Mengingat pembelajaran jarak jauh melalui daring sudah dilakukan di Indonesia untuk semua jenjang pendidikan, Penyiar bertanya pada Prof. Widowati tentang prospek pembelajaran daring pada masa mendatang. Menurut Prof Widowati banyak keunggulan pembelajaran daring, yaitu pembelajaran yang tidak terbatas ruang dan waktu, materi pembelajaran bisa dieksplorasi makin luas dengan akses referensi yang semakin banyak dan mudah melalui internet, dan penerapan SCL (Student Centered Learning). SCL ini mengubah paradigma pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai aktor utama dalam proses belajar sehingga siswa memiliki keleluasaan eksplorasi materi belajarnya dan juga metode belajarnya. Menurut Prof Widowati, model pembelajaran yang ideal adalah blended (hybrid) learning agar tujuan pembelajaran yang komprehensif bisa tercapai secara optimal. Pembelajaran hybrid learning harus mampu mendorong siswa termotivasi untuk belajar secara mandiri. Pembelajaran blended learning merupakan penggabungan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran virtual melalui media daring seperti video daring, podcast, maupun YouTube. Pembelajaran hybrid learning menggabungkan beberapa pendekatan pembelajaran yang banyak sisi positifnya, seperti pendekatan SCL dengan online learning.

Pembelajaran hybrid atau blended ini akan menjadi model pembelajaran ideal di masa mendatang. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini lebih fleksibel yang memungkinkan pembelajar dan pengajar tidak harus ke sekolah/kampus tiap hari, materi pembelajaran bisa dibuat lebih menarik dan interaktif yang bisa diakses secara virtual atau digital, lebih menghemat biaya dan waktu bagi pembelajar maupun pengajar, siswa/mahasiswa bisa mengatur jam belajarnya sendiri dan bisa mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Maka, pembelajaran blended learning maupun hybrid learning sangat prospektif untuk dijalankan pada masa mendatang untuk mendukung pembelajaran yang fleksibel, merata dan memudahkan.

Persiapan yang matang untuk pelaksanaan hybrid learning di masa mendatang antara lain: Pemerintah harus melakukan kerja sama dengan pihak penyedia portal pendidikan, penyediaan infrastruktur pendukung blended learning yang memadai dan merata seperti jaringan internet-pemerataan ketersediaan gawai, perubahan kebijakan sistem hybrid learning untuk setiap level pendidikan. Persiapan untuk tenaga pendidik dan tenaga pendidikan juga harus mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik, peningkatan kompetensi mengajar secara blended learning, perlengkapan mengajar para tenaga pendidik juga harus memenuhi standar minimal, dan peningkatan wawasan dan kualitas pengajar.

Bagi siswa/mahasiswa yang menjalani pembelajaran blended/hybrid learning, mereka harus lebih termotivasi dan kreatif dalam belajar, harus mampu mengakses sumber pembelajaran/literatur yang luas tak terbatas secara daring, dan juga bisa menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan kasus dan project based learning. Selain itu, siswa/mahasiswa bisa kolaborasi dengan siswa dari sekolah/kampus lain. Sedangkan bagi orang tua siswa diharapkan bisa mendukung pembelajaran daring yang dijalani siswa dengan mendampingi siswa saat belajar di rumah. Orang tua juga harus bisa adaptasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan saat pembelajaran, bisa lebih bersabar dalam mendampingi masa pembelajaran anak-anaknya selama di rumah, serta harus mau mengikuti perkembangan teknologi yang ada dan bisa beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Kembali membahas tentang pengelolaan ekosistem laut, Prof Tri menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak nenek moyang sebagai pelaut menjadi alasan pentig untuk menjaga kelestarian laut. Peraturan tentang pengelolaan wilayah perairan (khususnya laut) harus ditegakkan dengan tegas untuk menyelamatkan biota dan ekosistem laut. Upaya pelestarian laut juga menjadi tanggung jawab bersama termasuk pihak swasta dan NGO. Selain itu, peningkatan tata kelola sumber daya kelautan antar wilayah harus berlangsung secara harmonis, termasuk dalam rangka pengendalian IUU fishing (illegal-unreported-unregulated fishing, penangkapan dengan bom). Pengendalian semua aktivitas yang bisa merusak laut (ekosistem dan biota) seperti penyelaman yang mengekpolitasi laut, pembuangan sampah dan limbah ke laut juga penting dilakukan.  Ditambah lagi, Peningkatan kesadaran masyarakat pesisisir akan pentingnya menjaga kebersihan laut, dan melibatkan masyarakat pesisir dalam aksi-aksi pelestarian laut. Dan upaya terakhir adalah peningkatan produktivitas dan kontinuitas produk laut melalui penangkapan yang aman.

Selanjutnya penyiar menanyakan tentang sejauh mana peraturan-peraturan terkait pelindungan kawasan laut Indonesia. Prof Tri menjelaskan bahwa peraturan-peraturan terkait kawasan laut sudah lengkap. Menggalakan penegakan peraturan berupa Peraturan Pemerintah, Undang-undang, Keputusan Presiden dan Peraturan Menteri sangat penting. Beberapa contoh peraturan yang mengatur tentang Perikana, Kelautan dan Ekosistem Laut antara lain: Keppres no 39 tahun 1980 tentang pelarangan penggunaan trol sebagai alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan, UU Perikanan no 45 tahun 2009 mengatur segala sesuatu tentang perikanan dan kelestarian laut, PermenKKP no 1 tahun 2015 mengatur penangkapan lobster, kepiting dan rajungan. Selanjutnya Perpres no 83 tahun 2018 tentang pengelolaan sampah laut dan kebersihan laut. Kebijakan-kebijakan yang ada sudah baik, namun pelaksanaannya yang mungkin kurang efektif. Pemberian reward atau punishment atas apa yang dilakukan oleh masyarakat juga perlu dilakukan.

Kembali membahas tentang disparitas pendidikan, Penyiar bertanya kepada Prof. Widowati tentang upaya pemerataan penyebaran layanan Pendidikan Tinggi berkualitas di seluruh negeri. Menurut beliau, sinkronisasi program layanan pendidikan tinggi berkualitas bagi seluruh institusi pendidikan amatlah perlu. Adanya standar layanan minimal pendidikan tinggi di berbagai daerah perlu dicapai oleh seluruh kampus di Indonesia. Selanjutnya, perlengkapan sarana dan prasaran pendidikan tinggi meliputi gedung, labratorium, perpustakaan dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang merata bagi seluruh kampus. Lalu, dibutuhkan juga dukungan soft skill penulisan dan inovasi karya ilmiah bagi mahasiswa. Pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten dan berkualitas tinggi, dan peningkatan kualitas infrastruktur dan akses transportasi menuju kampus juga tak kalah penting untuk dipenuhi.

Menyinggung tentang inisiatif dan/atau kerja sama antara UNDIP dengan pihak lain, Prof Tri  menjelaskan bahwa kerja sama yang dilakukan UNDIP melalui FPIK dengan berbagai pihak dari luar negeri maupun dalam negeri untuk pelestarian ekosistem laut secara berkelanjutan. Partnership in Environmental Management for Sea of East Asia merupakan salah satu wujud kerja sama FPIK UNDIP dengan pihak luar negeri untuk menjalankan program-program penelitian dan penerapan teknologi bagai masyarakat. Selain itu juga ada kerja sama dengan WWF dalam beberapa program pelestarian lingkungan laut. Kerja sama dengan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI  dalam pemantauan kesehatan terumbu karang, pemantauan stok teripang, pemantauan sampah laut, pengelolaan pusat data oseanografi dan dinamika laut. Kerja sama dengan NGO dari luar (Jerman) dan dalam negeri (KESEMAT) di bidang penelitian, pengembangan produk, dan upaya pelesatrian ekosistem laut.

Untuk peningkatan kulaitas pendidikan yang diselenggarakan UNDIP, menurut Prof Widowati, sebagian isi RENSTRA UNDIP diarahkan untuk mencapai SDGs 4 melalui kemitraan triple helix dengan pihak Pemerintah-Universtas lain-dan Swasta. Kerja sama UNDIP melalui program World Class Universitas dilakukan dengan para akademisi dari diaspora yang yang ada di luar negeri. Kerja sama yang dilakukan dalam wujud visiting lecturer, visiting professor, student exchange, maupun summer course. Kegiatan-kegiatan ini makin meningkat selama pandemi karena penyelenggaraannya secara daring. Beliau juga menambahkan bahwa UNDIP memberikan hak dan kewajiban yang sama bagi mahasiswa disabilitas yang mendaftar melalui prosedur yang berlaku. Pihak universitas memberikan dukungan mental dan jiwa bagi disabilitas selama berkuliah di UNDIP untuk mendukung kelancaran perkuliahannya. Fasilitas infrastruktur untuk mempermudah disabilitas untuk mengakses gedung-gedung yang ada di UNDIP. Dukungan biaya bagi mahasiswa yang kurang mampu juga diberikan UNDIP melalui skema-skema beasiswa. Sebagai penutup, Prof Widowati mengharapkan segenap mahasiswa dan generasi muda terus menerus berjuang dan meningkatkan kualitas diri agar tercapai cita-cita di masa depan. Prof Tri mengajak pendengar ProAlma untuk ikut melestarikan eosistem laut, dan jaga kebersihan laut dari pencemaran laut, serta manfaatkan sumber daya laut dan perairan secara bijaksana dan berkelanjutan.

Tautan Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=Q8gt8rpgZLQ