Bencana banjir yang menerjang Kalimantan Selatan hari Selasa 12 Januari 2021 yang lalu meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan meliputi 10 Kabupaten-Kota. Banjir yang melanda cukup besar, deras dan dalam. Korban banjir mencapai ratusan ribu jiwa, dengan 15 orang meninggal. Kabupaten-Kota yang terdampak banjir adalah Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola. Kabupaten dan Kota terdampak banjir ini terletak di bagian utara, barat, dan sebagian selatan.
Penyebab banjir masih dikaji oleh berbagai pihak. Salah satu kemungkinan penyebab banjir adalah rob. Banjir rob yang terjadi karena naiknya air laut bisa disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim yang ekstrim mengakibatkan ketidakseimbangan alam dan berujung bencana alam seperti banjir. Untuk menangani banjir ini perlu dilakukan kajian dengan mendengar pendapat para ahli/akademisi terkait perubahan iklim dan kondisi geografis Indonesia. Kajian ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui pertemuan daring.
Pertemuan daring untuk kajian pembahasan penanganan banjir dilaksanakan pada Selasa, 19 Januari 2021 dengan mengundang lima pakar dari UNDIP, IPB, ITB, dan LIPI. Peneliti Undip diwakili oleh Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S.T., M.Si dan Dr. M. Helmy berperan aktif terhadap upaya penanganan banjir di Kalimantan Selatan. Dalam pertemuan ini para pakar mengemukakan pendapatnya terkait penanganan banjir rob dan perubahan iklim. Peran aktif para pakar dari UNDIP merupakan wujud implementasi SDGs 11, 13, 14, 17.
